Bersaing Secara Global; JNE Siap Dukung Industri Kreatif Indonesia

by - Senin, Juni 04, 2018


Bandung sebagai Kota Kreatif? Bener ngga sih? Sebagai orang yang kira-kira sudah hampir 10 tahun menetap di Bandung, rasanya ngga berlebihan kalau saya bilang; saya memang benar-benar dibuat jatuh cinta sama kota ini. Walaupun saya ngga bisa bilang Bandung is my hometown (Malang is), tapi rasanya memang ngga ada alasan untuk ngga betah tinggal di Bandung, kalau buat saya sih. Dan memang, salah satu poin yang bikin Bandung menarik ini ya karena isinya penuh dengan orang-orang yang berkreasi menciptakan produk kreatif.

Produk kreatif Bandung apa aja? Yang pasti kuliner donk, jajanan khas Bandung itu selalu ngangenin apalagi ragam oleh-olehnya yang kaya akan citarasa, bikin banyak orang ngga puas kalau hanya mengenal Bandung lewat rasa. Selain kuliner, produk kreatif asal Bandung juga meliputi karya seni (lukisan dan craft), fashion (ini sih uda ngga usah ditanya, ya) juga alat musik (teman saya ada yang merupakan pengrajin gitar - membuat fully customized guitar juga ada yang lagi memulai bisnis dengan membuat portable drum), make up dan skin care serta yang ngga kalah penting, konten kreator yang ngga berhenti berkarya seperti para blogger, hehehe. 

Ibaratnya, setiap hari selalu ada suguhan kreatif hasil kreasi anak Bandung!


Nah, produk kreatif inilah yang kali ini ingin saya bahas pada topik tulisan kali ini. Kebetulan beberapa waktu lalu saya dan beberapa blogger berkesempatan menghadiri acara JNE KEREN (Kumpul Bareng Kawan Pers Nasional) yang berkonsep Focus Group Discussion dengan topik Bersaing Secara Global dengan Ekonomi Kreatif

Bertempat di Hotel Grand Mercure Setiabudi, pembahasaannya adalah bagaimana kesiapan pasar kreatif yang ada di Indonesia (terutama Bandung) menghadapi pasar global, bersaing dengan produk-produk dengan negara lain - yang notebene bisa menawarkan produk dengan model yang sama dengan harga murah. Bahasan yang intens tapi juga buat saya memotivasi diri agar bisa menjadi salah satu pembuat produk kreatif. 


Dipandu oleh MC Elliana Susan, hadir sebagai pembicara adalah Agung Suryamal (Ketua Kadin Jawa Barat), Slamet Aji Pamungkas (Kepala Subdirektorat Pengembangan Kota Kreatif Badan Ekonomi Kreatif - BEKRAF Indonesia), Rimma Bawazier (Entrepeneur Fashion), Eri Palgunadi (VP of Marketing JNE), dan Setijadi (Chairman Supply Chain Indonesia). Acara ini juga dihadiri oleh Kepala Perwakilan Bisnis Indonesia Jawa Barat Ashari Purwo dan Iyus Rustandi selaku Branch Manager JNE Bandung, karena media Bisnis Indonesia dan perusahaan logistik JNE merupakan pendukung kegiatan diskusi ini.

PRODUK KREATIF MENDUKUNG EKONOMI KREATIF NASIONAL

Saat ini kita sedang menghadapi revolusi Industri generasi keempat atau industri 4.0, dimana ekonomi kreatif menjadi pusat perhatian utamanya. Diperkirakan pada masa mendatang, ekonomi global akan semakin bergantung pada sektor ekonomi kreatif, hal itu bisa dipicu dari ketergantungan masyarakat global terhadap teknologi informasi dalam aktivitas sehari-hari yang akhirnya berdampak pada pertumbuhan secara eksponensial ke ekonomi kreatif.

Bagaimana dengan Indonesia? Data dari badan pusat statistik mencatat neraca perdagangan Indonesia pada bulan April 2018 mengalami defisit yang cukup besar hingga USD 1,63 M. Hal ini disebabkan dari lonjakan impor melonjak mencapai USD 16,05 M sedangkan nilai ekspor pada bulan yang sama bernilai sekitar USD 14.47 M

Namun, pada saat yang sama Data Badan Ekonomi Kreatif indonesia (Bekraf) mencatat ekspor produk ekonomi kreatif Indonesia pada 2016 mengalami peningkatan 3,23% menjadi US$20 miliar dibandingkan dengan realisasi pada 2015, tentunya diharapkan ekspor produk ekonomi kreatif bisa meningkat menjadi US$40 miliar-US$60 miliar jika ada dukungan kebijakan ekspor yang optimal.

Lalu, selain dukungan kebijakan, apalagi langkah-langkah yang harus dilakukan para pelaku pasar kreatif, terutama para pelaku UMKM agar produk-produknya bisa dimonetisasi sehinga bisa bersaing dengan produk luar negeri. 


FAKTOR PENGHAMBAT PERKEMBANGAN EKONOMI KREATIF 

Kenyataannya, Indonesia memang memiliki segudang produk kreatif yang dibuat oleh masyarakat kreatif, hanya saja masyarakat ini belum mengerti bagaimana cara memonetisasi produknya untuk bisa dipasarkan, boro-boro ekspor ke luar negeri, wong, di skala nasional saja belum jalan.

Sejak tahun 2015, BEKRAF mencoba untuk menghidupkan dan mendukung ekosistem ekonomi kreatif banyak cara; salah satunya dengan mengadakan kompetisi yang berhadiahkan modal pemerintah untuk memajukan usaha industri kreatif sebuah UMKM. 

Di Bandung saat ini, sektor unggulan industri kreatif sudah mencakup kuliner, fashion dan digital. Bentuk pemasaran yang dilakukan juga tidak menggunakan metode konvensional, melainkan serba digital. Di sinilah para pelaku dituntut untuk mengetahui fungsi sosial media, laman e-commerce, dan metode pembayaran digital yang mana berperan penting dalam sektor industri kreatif.

Ya, salah satu masalah utama yang dihadapi ekonomi kreatif memang masih SDM; pendidikan Indonesia masih kurang mendukung untuk menghasilkan bangsa yang cukup kreatif, tradisi jadi PNS membuat banyak masyarakat untuk malas menciptakan lapangan pekerjaan. Kurangnya pengetahuan akan pemasaran sebuah produk menjadikan banyak hasil kreatif yang tidak dikenal melainkan hanya disimpan saja. 

Masalah perizinan dan kebijakan ekspor juga belum ditangani secara menyeluruh oleh pemerintah, padahal Kebijakan peningkatan ekspor ekonomi kreatif tersebut mampu menjadi jawaban untuk memperbaiki neraca perdagangan yang mengalami defisit akibat lonjakan impor.

Berbeda dengan di Bandung, di mana infastruktur dan pembangunan ruang kreatif berjalan dengan lancar. Banyak kota di Indonesia yang masih minim area untuk masyarakatnya bebas berkarya. Regulasi pemerintah dirasa belum kuat berpihak ke sektor ekonomi kreatif. Misalnya, sampai saat ini TV nasional masih mementingkan profit sehingga kerap menampilkan animasi karya asing dibandingkan memberi kesempatan menampilkan karya nasional.

Sistem permodalan atau pembiayaan juga masih menjadi salah satu masalah kenapa UKM susah berkembang.

Faktor lainnya merupakan minimnya sarana untuk mempermudah perusahaan logistik dalam mendistribusikan produk-produk kreatif tersebut. Misalnya bandara, pelabuhan dan jalan darat. Tentunya urusan logistik ini erat dengan harga sebuah barang; makin susah jangkauannya, makin mahal ongkos kirimnya, sehingga membuat orang jadi malas membeli sebuah produk. 

BELAJAR KREATIF DARI ENTREPRENEUR FASHION, RIMMA BAWAZIER

Tau ngga sih, kalau Indonesia punya target di tahun 2025 ingin menjadi pusat tren busana Muslim dunia? Wow.

Saya berkesempatan untuk mengetahui sepak terjang Rimma Bawazier dari awal beliau berjualan baju Tanah Abang hingga sekarang menjadi fashion designer terkemuka. Rimma Bawazier sendiri merupakan pemilik brand fashion KAIMMA Malabis dan Shakila Modest. 

Beliau mengurungkan niatnya untuk melanjutkan pendidikan S1 Manajemen di salah satu Universitas di Bogor demi mempelajari fashion design mengikuti saran ibunya. Singkatnya, kepatuhannya berbuah hasil. Mulai dari bisnis kecil-kecil menerima pesanan jahitan, hingga sekarang Rimma sukses membuat brand ready to wear.

Di acara JNE KEREN, Rimma Bawazier membagikan pengalamannnya bagaimana prosesnya sukses, mulai dari membina komunitas Hijab Community, hingga mengadakan pameran busana Muslim, mendapatkan dukungan Bekraf untuk melakukan pameran di ISNA 53rd Annual Convention - 2016 - CHICAGO.

Rimma juga tidak menutup mata terhadap persaingan pasar yang semakin bergejolak; persaingan model dan harga, persaingan ide dan perjuangan untuk menjaga kualitas barang (bukan hanya menjual barang murah) demi menjaga brand. Rimma sendiri bersemangat dalam mewujudkan Indonesia sebagai pusat tren busana muslin dunia. 

Sungguh kisah yang inspiratif!


JNE SEBAGAI PERUSAHAAN LOGISTIK YANG MENDUKUNG EKONOMI KREATIF NASIONAL

Nah, tadi kita sudah bahas kalau ternyata minimnya sistem logistik merupakan salah satu penghambat proses industri ekonomi kreatif berkembang. Di sinilah peran penting perusahaan pengiriman espres salah satunya PT Tiki jalur Nugraha Ekakurir UNE) hadir untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif lokal agar mampu berdaya saing di kancah global.

Padahal perkembangan ekonomi kreatif sangat berintegrasi dengan bidang logistik. Dengan adanya dukungan pemindahan barang dari produsen ke konsumen secara efisien sekaligus tepat waktu oleh logistik, akan mendukung kegiatan pasar untuk terus berjalan, dan bukan tidak mungkin sektor ekonomi kreatif akan mengalami peningkatan yang signifikan. 

Saat ini JNE yang sudah berpengalaman menjadi logistik ingin turut membantu sektor UKM dalam bersaing di pasar internasional, bukan hanya sekedar menjadi kurir yang mengantarkan barang, tapi melebarkan sayapnya dengan memberikan ruang dan pelayanan yang menyeluruh.

1. JLC Member (JNE Loyalty Card Member)

Menjadi JLC Member merupakan cara JNE dalam mengapresiasi para pelanggan setianya. Member yang melakukan pengiriman di Cash Counter JNE (walk in customer) akan mendapat kartu keanggotaan. Dimana nilai transaksi pengiriman yang dihasilkan akan dikonversikan menjadi poin yang dapat ditukar dengan berbagai macam hadiah menarik.

2. PESONA JNE (Belanja Oleh-oleh Online)

JNE juga berfungsi sebagai marketplace yang memudahkan pelaku UMKM dalam memasarkan produk-produknya. PESONA merupakan layanan pengiriman makanan kuliner khas Indonesia tanpa harus pergi ke daerah asalnya. Pilihan makanan dari beberapa daerah di Indonesia yang sudah melalui seleksi kelayakan dan masa uji coba selama hampir setahun sehingga aman untuk dikonsumsi oleh pelanggan setia JNE.

3. JESIKA

JESIKA (Jemput ASI Seketika) merupakan sebuah produk dan inovasi baru dari JNE untuk menjawab kebutuhan ibu-ibu menyusui tanpa menghalangi aktivitas sehari-hari. JESIKA memberikan layanan penjemputan ASI dari tempat aktivitas hingga pengantaran ke tempat tujuan. JESIKA akan memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi ibu-ibu menyusui karena menggunakan moda pengantaran sepeda motor yang dilengkapi tas berpendingin khusus (cooler bag), ice pack, plastik klip bersegel, dan barcode untuk menjaga kualitas ASI dan mencegah tertukar dengan ASI lain selama pengiriman.

Bukan itu saja, JNE juga memberikan kemudahan para pelanggannya dalam melakukan pengiriman, dimana JNE menyediakan pick up barang untuk dikirim, sehingga pelanggan tidak perlu membawa barang ke counter untuk dikirim.

Dan yang tidak kalah istimewa, dengan database yang banyak dan bisa dipercaya, JNE mampu mendukung sektor industri ekonomi kreatif di bidang pembiayaan dengan cara mempertemukan para pelaku UKM dengan pemodal sehingga keduanya bisa saling bekerjasama yang menguntungkan. 

So, bukan sekedar kalimat kalau Mengantarkan kebahagiaan merupakan tujuan utama JNE yang akan terus dilakukan dengan semangat yang terus-menerus. 



Semoga teman-temin jadi terinspirasi dan siap melahirkan karya-karya kreatif yang bisa semakin mengharumkan nama Indonesia!


Sampai bertemu di tulisan berikutnya.


You May Also Like

0 komentar

Selamat berkomentar, tinggalkan link pada username. Link yang berada di dalam kolom komentar akan dihapus. (Feel free to comment and put your link on your username ONLY instead comment box area, otherwise deleted).