twitter instagram
  • Home
  • Penulis
    • Siapa Yosefien?
    • Tentang Blog Yosefien
    • F.A.Q.
    • Disclaimer
  • Kerjasama
    • Review Produk
    • Liputan Acara
    • Penulisan Konten
  • Achievement

Yosefien | A Review Blog

Review Missha Aloe Soothing Gel

Aloe soothing gel ini sebenarnya bukan produk temuan baru ya, ngga seh teman-temin? Namun sepertinya makin ke sini, produk jel lidah buaya memang makin ngehits saja. Bukan hanya makin gencar beragam brand kecantikan yang menawarkan produk soothing gel serupa, namun banyak beredar juga produk palsunya! Wuidih!

Memangnya kenapa sih? Ya tidak lain karena banyaknya review dari masyarakat yang bilang jel lidah buaya ampuh untuk mengatasi permasalahan kulit; bisa untuk menghapus jerawat, melembabkan kulit, jadi krim malam, jadi base makeup, buanyak banget.

Tapi ya ngga semua orang juga, beberapa teman saya malah ada yang terang-terangan bilang ngga cocok dengan segala macam produk soothing gel dengan alasan; 

"Soothing gel ini kan memang bagus untuk di negara dingin, yakali kita di Indo pakai ginian, bukannya ntar muka jadi kilang minyak?" Gitu.

Menurut teman-temin gimana? Saya sendiri baru sekarang nyoba Aloe Soothing Gel, tapi untuk produk soothing gel sendiri, saya sempat mencoba Tomato Soothing Gel dan Smooto yang sudah lebih dulu saya review di sini.

Jel lidah buaya pertama saya ya si Missha Aloe Soothing Gel. Dibeli 17 Agustus 2018 lalu, ketika Missha lagi ngadain diskon 50%, kan saya anaknya demen diskon ya, jadilah saya beli sekalian nyobain, gimana sih rasanya menggunakan produk ini?

Dan sampai tulisan ini dibuat (September 2018), saya masih rutin menggunakan produk ini, jadi sudah sekitar satu bulan lebih ya, so it's time to review!

KEMASAN 

Saya belum pernah mencoba Aloe Soothing Gel dari Nature Republic - brand yang lekat sekali dengan produk-produk berbahan lidah buaya - namun kalau dari segi kemasan, sekilas, Missha Aloe Soothing Gel memiliki kemasan yang serupa dengan Aloe Soothing Gel Nature Republic; yaitu berbentuk toples (jar) plastik berwarna hijau mengambil karakter tanaman lidah buaya.

Dan tidak bisa dipungkiri, produk Aloe Soothing Gel yang banyak kita temui di pasaran sekarang kebanyakan kemasannya ya begini ini. Cukup identik.


Sama seperti wanita lain pada umumnya, sayapun dengan  mudahnya termakan rayuan kalimat advertorial: 95%. Yah, kita taulah produk pembandingnya, si Aloe Soothing Gel Nature Republic tertulis memiliki kandungan lidah buaya hanya 92%, lah ini si Missha dengan jelas nulisnya Premium 95% ya pasti saya yang naif ini tanpa ragu langsung beli. 

Hahaha!

Kebetulan ketika saya melihat produk Missha di counter, saya ditemani ibu saya, which is beliau lebih impulsif kalau sudah melihat angka. Bayangkan adanya embel-embel 95% dibarengi diskon 50%! Sukses lah kami beli 2 kemasan Missha Aloe Soothing Gel.


Setiap kemasan baru Missha Aloe Soothing Gel selalu dibungkus plastik ya, jadi memang kalau belum dibeli tidak bisa dibuka (tidak bisa tester dan sebagainya).

KOMPOSISI

Berikut adalah kandungannya, sesuai dengan yang tertera pada kemasan.

Aloe Barbadensis Leaf Juice, Water(Aqua), Glycerin. Dipropylene Glycol, Allantoin, Menthyl Ethylamido Oxalate, Aloe Barbadensis Leaf/Sucrose Ferment Filtrate, Glacier Water, Saussurea Involucrata Extract, Mesembryanthemum Crystallinum Extract, Sodium Hyaluronate, Abronia Villosa Leaf Extract, Aloe Barbadensis Leaf Extract, Butylene Glycol, Cinchona Succirubra Bark Extract, Psidium Guajava leaf Extract, Rhodiola Rosea Root Extract, Chondrus Crispus Extra, Ammonium Acryloyldimethyltaurate/VP Copolymer, Dioscorea Japonica Root Extract, C12-14 Hydroxyalkyl Maltitol Ether, Hydrolyzed Corn Starch, Tromethamine, PEG-60 Hydrogenated Castor Oil, Hydroxyacetophenone, Potassium Hydroxide, Ethylhexylglycerin, Carbomer, 1,2- Hexanediol, Beta-Glucan, Sucrose, Polyglutamic Acid, Cladosiphon Okamuranus Extract, Disodium EDTA, Chlorphenesin, Fragrance(Parfum). Manufacturer: Englewood Lab Korea Co., Ltd.


Dengan isi bersih 300 ml, satu jar Missha soothing gel ini kalau rutin digunakan (sebatas ke area wajah) bisa untuk 2 bulan. Karena setelah sebulan pemakaian, Missha Aloe Soothing Gel miliki saya sudah sisa setengahnya. Namun kalau teman-temin sambil dioles ke seluruh tubuh (tangan dan kaki) ya pastinya bakal lebih cepat habisnya.


TEKSTUR

Sesuai definisi jel pada umumnya, produk Aloe Soothing Gel ini ya jel. Literally gel. Tidak berwarna, dingin walau tidak disimpan dalam kulkas, penampakannya seperti lendir tapi tidak lengket malah mudah meresap ke dalam kulit. Tidak pekat dan wanginya lembut. Aromanya bak lidah buaya gitu ya. 

Demi menjaga kebersihan, saya mengambil jel menggunakan sendok plastik sejumlah yang dibutuhkan agar jel tidak setiap kali terkontaminasi dengan kulit saya.

Penampakan lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar di bawah.



Jadi walaupun kelihatannya saya seperti mengoleskan lendir ke kulit, nyatanya Missha Aloe Soothing Gel tidak lengket di kulit dan cepat meresap menjadikan kulit saya lembut seketika.


HASIL PEMAKAIAN

Saya menggunakan Aloe Soothing Gel selama sebulan ini, hampir secara rutin sebagai pengganti krim malam (kadang kala dikombinasikan dengan mask sheet) dengan aturan:

Malam hari: (essence) + (serum) + Missha Aloe Soothing Gel + (seminggu sekali, dilayer mask sheet)

Hasilnya adalah: wajah kalau pagi hari jadi lembab, namun tetap saja ketika mencuci muka, sisa-sisa soothing gel-nya akan tercuci sehingga kelembaban wajah agak berkurang, makanya, kadang saya juga mengaplikasikan lagi si Missha Aloe Soothing Gel ini di pagi hari dengan urutan:

Pagi hari: (toner) + (serum) + Missha Aloe Soothing Gel + sunblock atau moisturizer ber-SPF + make up dan sebagainya

Hasilnya, wajah terlihat segar sepanjang hari, hanya saja waktu makeup jadi lebih lama karena harus menunggu si soothing gel ini benar-benar meresap di kulit kalau tidak malah wajah kita cepat minyakan. Kalau pagi hari sih memang saya mengurangi kadar Missha Aloe Soothing Gel agar lebih cepat menyerap, yang penting sih menjaga kelembaban wajah saya saja.

Memangnya moisturizer saja tidak cukup? Yah, yang gituan memang sugestif ya, tapi sih saya memang seneng aja nemplokin skincare ke wajah, hehehe. Terutama saya suka dengan efek ngademin wajah yang ditimbulkan setiap memakai Missha Aloe Soothing Gel ini.


  • Beberapa manfaat Missha Aloe Soothing Gel yang saya dapatkan dari pemakaian rutin

1. Mengembalikan - mempercepat regenerasi kulit yang sempat terkelupas dan iritasi. Jadi ceritanya, suatu malam pas saya lagi capek banget dan pengen buru-buru bersihin muka untuk tidur. Saya mengusap wajah terlalu keras di daerah dagu sehingga kulit dagu saya jadi terkelupas, memerah, dan iritasi. Asli perih banget! Selama beberapa hari saya oleskan Missha Aloe Soothing Gel setiap malam, eh ya kok perihnya hilang, dan kulit di dagu saya juga sudah tidak terkelupas lagi.

2. Membantu mematangkan, mengecilkan dan menghilangkan jerawat serta bruntusan. Walaupun prosesnya memang agak lama (dibandingkan kalau saya pakai produk-produk tretinoin), tapi Missha Aloe Soothing Gel cukup bisa diandalkan untuk mengurangi bruntusan. Tapi bukan jerawat yang meradang ya, kalau untuk masalah itu kayaknya tidak cukup hanya dengan mengoleskan Missha Aloe Soothing Gel ini.

3. Mengurangi kerutan di bawah mata. Ini serius lho! Kalau wajah saya mulai kering dan tidak terawat, muncul deh kerutannya. Dengan menjaga area wajah saya lembab, otomatis memang beberapa kerutan halus jadi ikut mlipir, hehehe.

Ya, kayaknya baru segitu sih manfaat yang saya dapatkan. Walaupun hasilnya belum seekstrim seperti pada iklan-iklan yang beredar, setidaknya saya merasa produk Missha Aloe Soothing Gel ini ok juga dan ngga akan ragu untuk beli lagi.

Untuk produk Aloe Soothing Gel dari brand lain, saya tidak bisa memberi review ya apakah hasilnya akan lebih bagus atau lebih buruk (juga tidak bisa memberi jaminan bahwa yang 100% lebih baik ataupun menilai kandungan 92% berarti kurang baik). Karena saya rasa yang namanya skincare akhirnya balik lagi ke kulit masing-masing.

Setidaknya kalau teman-temin mau mencoba menggunakan produk Aloe Soothing Gel, pastikan mendapatkan produk dari brand yang terpercaya dan dibeli di counter resmi atau toko yang bisa dipertanggungjawabkan. Karena makin maraknya produk Aloe Soothing Gel dari berbagai brand, saya malah waswas dengan produk yang makin murah harganya

Adik saya yang baru-baru ini baru dari Singapore, menemukan banyak jenis soothing gel (di antaranya merek Nature Republic, hanya seharga SGD 5.2 atau sekitar 50ribuan rupiah, saya kurang tau apakah itu asli atau tidak, karena kalau di counter resmi harganya bisa di atas 100ribu rupiah.) Nah, kalau di website resminya, Missha ini harganya sekitar US$10 (sekitar 130 ribu rupiah), tapi kalau teman-temin cek di website ilotte, bisa diskon hingga 45% sampai sekitar 70 ribuan, harga inilah yang kemarin bikin saya untuk memutuskan beli hehehe.

Tapi saya ngga beli via online ya, saya beli langsung produk Missha Aloe Soothing Gel di counter resmi Missha di Bandung, sehingga saya bisa jamin keasliannya 100% dan hasil review ini terjamin menggunakan produk Missha Aloe Soothing Gel yang asli.

Jadi kesimpulan Missha Aloe Soothing Gel:

+ Terbukti melembabkan wajah
+ Membantu mengurangi bruntusan
+ Membantu mengecilkan jerawat yang berasal dari debu kotoran, makanan dan hormon (asalkan belum meradang)
+ Membantu mengurangi kerutan (kerutan yang relatif baru)
+ Memberikan sensasi dingin
+ Mengurangi iritasi pada kulit wajah yang terkelupas

- Kalau terlalu banyak penggunaannya di pagi hari sebagai base makeup malah bisa bikin wajah jadi minyakan (berdasarkan kulit saya yang kombinasi kering-berminyak)


Bagaimana dengan teman-temin sendiri, adakah yang mau berbagi seputar pengalaman dengan produk lidah buaya?


Rabu, September 26, 2018 11 komentar

Menurunkan Bounce Rate hingga 20% sehari!

Walaupun dunia perbloggingan bukan lagi hal baru - 2018 getooo, dan tutorial membuat blog sudah banyak di pasaran, masih saja banyak orang yang masih penasaran dengan dunia blogging, beberapa di antaranya termasuk rekan sekantor dan keluarga saya (yang memang buta banget dengan urusan blog tapi sukanya browsing mbah google).

Well, ya memang blogging itu ya, as simple as that: nulis doank.

Tapi kalau teman-temin tanya: Bagaimana ngeblog yang menghasilkan? Waduh, dunia perbloggeran di tahun 2018 ini makin rumit dan keras, bung. Blog bisa terindeks dengan cepat di Google itu sudah kemajuan yang signifikan, apalagi tembus halaman pertama, wah itu sujud syukur. Belum lagi perjuangan agar blog bisa diterima google sebagai publisher adsense serta meningkatkan perform blog agar dapat sponsoran, wah - ya balik lagi kalau ditekuni pasti bisa, kok.

Intinya, hal-hal teknis di luar nulis blog itu buanyaaakkkk!

(((Bahkan gosip seputar blogging juga banyak, hahaha!)))

Salah satunya yang saya mau bahas ya tentang si Bounce Rate ini. Jadi, bounce rate adalah persentase pengunjung yang meninggalkan web/blog kita setelah hanya membuka satu halaman saja.

Misal: teman-temin yang lagi membaca halaman  blog saya ini ternyata memilih untuk keluar setelah membaca tulisan saya tentang bounce rate, nah berarti hal itu menjadi penyebab bounce rate saya tinggi. Pengennya sih, sebelum teman-temin capcus dari laman blog noniq.co, klak-klik dululah halaman yang lain (walaupun mungkin ngga terlihat bermanfaat - anggap saja lagi beramal pageview, hahaha #miris).

  • Lalu, bagaimana sih melihat performace bounce rate blog kita?

Di sini saya menggunakan Google Analytics (dari google) dan memang laman ini yang paling sering digunakan (apalagi sekarang tersedia aplikasi apk nya untuk Android dan iOS - saya install juga lho, lumayan untuk mengontrol performa blog dari hp).

Nah, sampai sini, saya harap teman-temin sudah cukup mengerti bagaimana pemakaian Google Analytics dan sudah memasangnya di blog masing-masing ya.

  • Standar Bounce Rate: Rendah atau Tinggi?

Kata khalayak umum sih, bounce rate tinggi itu artinya blognya jelek, berasa, "Kamu kok udah pergi tanpa memahamiku, " #drama, maksudnya pengunjung keburu pergi sejak pandangan pertama - tanpa mengenal isi blog kita keseluruhan gitu.

Namun google sendiri ngga pernah menjadikan bounce rate sebagai standar kualitas sebuah blog, karena bisa saja satu tulisan tersebut memang cukup buat si pembaca mendapat informasi yang dia butuhkan sehingga langsung capcus. Apalagi kalau ternyata, si pembaca menghabiskan waktu cukup lama dalam memperhatikan satu laman tersebut di blog kita.

Yap, kalau teman-temin akrab dengan Google Analytics, pastilah teman-temin akan melihat ada rata-rata durasi yang dihabiskan pembaca ketika berada di satu lama blog teman-temin.

Jadi, jangan berkecil hati dulu saat bounce rate teman-temin sesama blogger tinggi, karena pastilah semua ada alasannya.

  • Bounce Rate dan SEO

Walau begitu jangan bahagia dulu! Tetap saja kita harus terus koreksi, karena tidak jarang bounce rate yang tinggi ini bisa jadi  berdampak pada kualitas SEO (search engine optimization) kita, lho. Apalagi dengan perilaku pembaca blog kita yang hanya sebentar singgah di blog kita dan tanpa ba-bi-bu langsung pergi (boro-boro mau kasi komen!).

Melihat durasi pembaca yang pasif dan cepat pergi dari laman blog kita, Google bisa berasumsi bahwa blog kita:

1. Konten yang tidak sesuai dengan harapan pembaca.
Kebanyakan clickbait (jebakan judul), konten hanya berupa keyword tanpa solusi, tidak sesuai antara judul dan konten, dan sebagainya. Kalau seperti ini, teman-temin harus kembali memperhatikan konten blog teman-temin, ya.

2. Desain blog yang tidak menarik dan kecepatan akses website yang lama
Kebanyak pop-up iklan, terlalu bling-bling dan ramai sehingga membuat pengunjung pusing, manalagi banyak link yang mengarah ke iklan. Apalagi kalau tiba-tiba ada lagu keluar! Yakali lagi browsing di kantor! Belum lagi kalau teman-temin pasang banget media di blog; videolah, animasilah, banyak script-script yang bikin loading akses laman blognya lama - padahal tau sendiri, kadang koneksi internet di Indonesia kan kayak apa ya.

3. Tidak mobile-friendly
Hampir 80% pembaca blog saya (berdasarkan Google Analytics) menggunakan ponsel, sehingga saya selalu  mencari desain blog yang mobile-responsive, alias tetap nyaman dilihat menggunakan baik ponsel dan tablet.

Bagaimana menurut teman-temin desain blog saya?

  • Jadi bagaimana sih menurunkan Bounce Rate?

Oke jadi ini yang saya lakukan untuk menurunkan bounce rate saya:

1. Pastikan semua laman blog kita sudah terpasang tracking code Google Analytics.
Ini adalah salah satu alasan fatal yang ternyata saya lewati. Awalnya tidak semua postingan saya di blog mengandung kode Google Analytics - kan payah ya! Jadi pastikan si code ini harus ada di template blog dan seluruh postingan.

Jadi kemarin tuh, hampir 50% tulisan saya tidak mengandung kode google analitik, sehingga perilaku pembaca ketika berkunjung ke tulisan tersebut ya tidak terdeteksi, kan ambyor banget yak!

2. Konten atau klik?
Nah, bagian ini kembali ke tujuan ngeblog masing-masing ya. Saya sendiri ngeblog ya tujuannya berbagi informasi, sehingga ngga terlalu agresif pasang adsense di blog melainkan memaksimalkan konten yang bisa teman-temin dapatkan selagi berada di sini.

Kalaupun ada adsense sebenarnya itu hanya sebagian dari ego, sekedar pamer bahwa "Nih lho, blogku lolos pengajuan adsense!" #songong #dikeplak. Yah, sukur-sukur hasil adsense bisa untuk tambah-tambah ternak blog beli domain murah lainnya. Hahaha.

Yah, kalau bisa sih, antara konten dan iklan minimal seimbanglah, jangan berat di iklan, ya. Boros kuota, euy.

3. Desain dan akses yang lama
Saya sendiri ngga bisa ngedesain blog, untuk urusan desain saya pasti menggunakan jasa orang lain, hahaha. Entah beli template atau langsung memberi akses ke tukang desainnya untuk ngelayout blog saya. Syukur-syukur deh kalau teman-temin jago desain dan coding. Tapi kalau ngga, sekarang sudah banyak kok jasa pembuatan website, seperti Niagahoster.

  • Hasilnya?

Percaya atau tidak, setelah saya dengan telaten memperbaiki tracking code Google Analytics setiap postingan (ini memakan waktu 2 hari), juga memperbaiki tulisan yang tidak terlalu ngiklan banget. Hasilnya, bounce rate saya turun sekitar 20%.

Saya ngga mau nulis ah perubahannya jadi berapa ke berapa, hahaha (anggap saja dari 90% ke 70%!). Tapi kalau teman-temin penasaran, boleh dicoba lho.


Teman-temin ada yang mau berbagi seputar bounce rate pada blog teman-temin?

Senin, September 24, 2018 17 komentar

Beberapa kali melihat produknya di gerai kecantikan, baru sekarang akhirnya saya bisa membahas tentang brand Safi, brand yang menyatakan produknya sebagai skincare halal nomor 1 di dunia. Yup, another produk yang membranding dengan kata halal. Sepertinya persaingan bisnis di bidang kecantikan semakin panas dan ketat nih, mengingat tagline kosmetik dan skincare halal banyak bermunculan di Indonesia.

Untuk teman-temin yang belum ngeh, maksudnya produk halal pada produk kecantikan, sesuai dengan aturan yang berlaku menurut saudara kita umat Muslim, yaitu produk yang tidak mengandung: bangkai, darah, daging babi, sembelihan untuk selain Allah, hewan yang diterkam binatang buas, binatang buas bertaring, burung yang berkuku tajam, khimar ahliyyah (keledai jinak)
Al-jallalah (hewan pemakan kotoran), Ad-dhab (hewan sejenis biawak), hewan yang diperintahkan agama supaya dibunuh, serta hewan yang dilarang untuk dibunuh.

Membawa kata halal, tentunya Safi berkomitmen bahwa produk-produknya tidak mengandung bahan-bahan yang disebutkan di atas. Hal itu terbukti dengan logo sertifikasi Halal dari MUI yang sudah tercantum pada setiap kemasan produk Safi yang saya miliki. Produk Safi sendiri berasal dari Malaysia, sehingga tidak usah kaget kalau di Malaysia, Safi sudah lebih dulu mendapat sertifikasi halal di Malaysia menjadi merk nomor satu Malaysia sebagai skincare halal.

Melalui pabrik dan laboratorium klinis (Safi Research Institute) yang berada di Malaysia, produk-produk Safi merupakan hasil dari penelitian panjang dimana proses pembuatannya memadukan teknologi terdepan. Bahan-bahan alami yang terkandung pada produk Safi mencakup habbatus sauda (jinten hitam), emas 24 karat, dan silk protein. Saat ini, semua produk Safi sudah teruji klinis standar internasional, termasuk FDA (Federal Drugs Authority).

Dengan tagline; Halal, Natural, Teruji - Produk Safi yang saat ini beredar di pasaran memiliki tiga seri:
  • Safi White Natural untuk usia 17 tahun ke atas.
  • Safi White Expert untuk usia 25 tahun ke atas.
  • Safi Age Defy untuk usia 30 tahun ke atas.
Nah, kali ini, - sesuai usia, saya akan membahas sebagian produk dari Safi White Expert;
  1. Safi White Expert Purifying Makeup Remover
  2. Safi White Expert Purifying Cleanser
  3. Safi White Expert Skin Refiner
Sebelumnya, agar tidak perlu diulang-ulang saya mau menginfokan dua bahan utama yang terkandung di produk Safi White Expert yang saya miliki:

1. Habbatus Sauda
Habbatus Sauda atau "Seed of Blessing" sudah ratusan tahun dipercaya sebagai obat berbagai penyakit. Antioksidan yang terkandung di dalamnya membantu melindungi kulit dari paparan radikal bebas, serta diyakinin mampu memelihara kulit sehat agar tampak cerah dan segar.
2. Oxygen + Bio-White = Oxywhite
Oxywhite merupakan sebuah teknologi yang bekerja membantu membebaskan oksigen tambahan ke dalam kulit, membuat kulit terasa segar, membantu penyerapan nutrisi serta membantu mengurangi efek penggelapan kulit sehingga membuat kulit tampak lebih cerah merata.

Dua poin di atas merupakan kelebihan utama di setiap produk Safi, sekarang kita bahas produknya ya.

Safi White Expert Purifying Makeup Remover


Walaupun tidak secara terang-terangan disebutkan di bagian depan, namun produk ini merupakan pembersih wajah sejenis micellar water. Safi White Expert Purifying Makeup Remover menggunakan teknologi micellar yang memampukan cairan dari micelles (molekul minyak pembersih wajah yang berbentuk butiran mikro dengan kadar mineral rendah) bekerja sebagai magnet yang akan mengangkat bekas riasan wajah dan kotoran di kulit wajah.

Seperti produk micellar water pada umumnya, produk ini sepintas hanya terlihat seperti air dengan wangi bunga lembut. Namun kemampuan membersihkan wajahnya memang tidak perlu diragukan, saya merasakan make up saya terangkat bersih secara menyeluruh.

Yang membuat saya suka dengan produk ini adalah kekhawatiran saya tidak terjadi, yaitu saya tidak beruntusan menggunakannya.

Jadi ceritanya saya melakukan dua percobaan.

1. Menggunakan produk Safi White Expert Purifying Makeup Remover tanpa dilanjutkan mencuci muka - alias, saat malam saya langsung bobo cantik.
2. Menggunakan produk Safi White Expert Purifying Makeup Remover sambil dilanjutkan mencuci muka - ini merupakan cara ideal saya dalam membersihkan wajah, jadi double cleansing method.

Beberapa produk pembersih wajah sukses membuat wajah saya beruntusan kalau tidak dilanjutin mencuci wajah, namun ada juga yang tidak membuat saya breakout. Nah, Safi White Expert Purifying Makeup Remover merupakan salah satu produk pembersih wajah yang sukses tidak membuat wajah saya beruntusan walau pemakaiannya tanpa diikuti mencuci wajah.

Kenapa saya melakukannya? Ya, kadang ada saat saya sudah terlalu lelah beraktifitas, jadi mau cuci muka malam hari saja capeknya setengah mati - jadi, walaupun tidak sering, seringkali saya hanya membersihkan wajah dengan micellar water saja.

Usut punya usut, ternyata memang cara pakai Safi White Expert Purifying Makeup Remover ini tidak perlu dibilas lagi! Pas deh, Safi White Expert Purifying Makeup Remover masuk ke salah satu produk micellar water pilihan saya.



Cara pakai: 
Tuangkan pada kapas dan usapkan dengan lembut pada wajah untuk menghilangkan sisa riasan wajah dan kotoran. Tidak perlu dibilas.

Safi White Expert Purifying Cleanser


Selanjutnya produk yang saya gunakan adalah Safi White Expert Purifying Cleanser, yang tidak lain dan tidak bukan merupakan sabun wajah. Idealnya yang digunakan kalau kita sudah membersihkan riasan kita donk ya.



Produk ini berupa krim putih, lembut dan tidak mengandung scrub. Busanya tidak terlalu banyak dan mampu membuat wajah saya terasa lembab. Tiga hari pemakaian, saya belum (dan harapannya tidak) mendapat masalah di wajah, alias wajah saya cocok menggunakan cleanser ini.

Dengan harganya yang cukup terjangkau di kantong, pastinya produk Safi White Expert Purifying Cleanser pantas direkomendasikan sebagai bagian dari tahapan pembersih wajah sehari-hari teman-temin.

Safi White Expert Skin Refiner



Produk berikutnya adalah Safi White Expert Skin Refiner, yang tidak lain berupa toner. Untuk tipe kulit kombinasi (kering-berminyak) seperti saya, memang penggunaan toner ini cukup penting. Toner selama ini menjaga kondisi wajah saya tetap lembab sambil mengatur kadar minyak.

Nah, beberapa kali menggunakan Safi White Expert Skin Refiner, saya merasakan kelembaban wajah saya terjaga. Sekedar informasi, urut-urutan penggunaan toner saya adalah; Sebelum moisturizer (kalau pagi hari) dan sebelum serum wajah (kalau malam hari). Namun seringnya sih kalau pagi hari, karena kalau malam, sudah berderet produk wajah yang akan saya pakai, hahaha.


Keunggulan Safi White Expert Skin Refiner yaitu adanya kandungan ekstrak jamur yang membantu meringkas pori, menghaluskan warna dan tekstur kulit. Untuk aromanya, ketiga produk Safi White Expert ini mempunyai wangi yang relatif sama; aroma bunga yang lembut.

Cara pakai:
Tuangkan pada kapas dan usapkan dengan lembut di wajah. Gunakan setelah Safi White Expert Purifying Cleanser

*****

Secara keseluruhan saya suka dengan produk Safi; terutama micellar waternya, karena dibanding beberapa micellar water yang pernah saya pakai - tidak terasa nyelekit di wajah. Apalagi kemampuan membersihnya terbukti menyeluruh apalagi tidak perlu dibilas (dan wajah saya juga tidak beruntusan).

Buat teman-temin yang mencari produk perawatan wajah yang halal, brand Safi bisa dipertimbangkan, karena memang kualitasnya terjamin. Ketika tulisan ini dibuat, produk Safi bisa diperoleh melalui Tokopedia, Shopee, Alfamidi, Watsons, Giant, dan Guardian.

Untuk kisaran harganya:

1. SAFI White Expert Purifying Makeup Remover 200ml | Rp67.900 - Rp79.900
2. SAFI White Expert Puryfying Cleanser 100gr | Rp29.500 - Rp34.900
3. SAFI White Expert Skin Refiner 100ml | Rp 49.000

Untuk informasi lebih lanjut, temn-temin bisa cek https://www.safiindonesia.com


Bagaimana teman-temin, tertarik mencoba produk Safi?


Jumat, September 14, 2018 7 komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me




Halo, selamat datang di blog saya. Nama saya Yosefien Moudy - biasa dipanggil 'Noniq'. Semoga teman-temin mendapat informasi yang dibutuhkan, kalau masih ada pertanyaan, boleh langsung menghubungi saya, cheers.

Follow Me

Labels

Beauty Culinary Travel

recent posts

Arsip Blog

  • ►  2023 (6)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
  • ►  2022 (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (2)
  • ►  2021 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (18)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2018 (33)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ▼  September (3)
      • Review Missha Aloe Soothing Gel (Premium 95% From ...
      • Sepele! Tips Bounce Rate Turun 20 Persen Sehari! (...
      • Review Safi White Expert
    • ►  Agustus (7)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2017 (65)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2016 (84)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (9)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2015 (68)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (9)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (56)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2013 (50)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (7)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2012 (33)
    • ►  November (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (4)

Created with by ThemeXpose