Pengalaman KPR BTN Kreditur Lajang - Belum Menikah (Platinum Indent - Pengajuan, Survey, dan Akad)

by - Kamis, Juli 04, 2019


Perbincangan mengenai KPR ini memang terkadang mengundang banyak opini; antara riba dan masalah punya rumah. Percayalah, walaupun saya bukan pemeluk agama Islam yang memiliki pengertian tersendiri tentang riba, dalam kepercayaan Kristen yang saya anutpun sebenarnya kami dilarang untuk berhutang! Karena hutang itu memang akan selalu membawa masalah.

Btw, foto di atas merupakan calon rumah masa depan yang masih dalam tahap dibangun. Mohon doanya semoga lancar!

Balik lagi, hari gini, mau beli rumah pakai cash keras. Waduh, bukannya saya mengecilkan kemampuan diri sendiri ya; saya tidak mampu. Bisa jadi karena dari mudanya saya tidak mengerti tentang pemahaman menabung untuk properti jadinya setelah usia lebih dari seperempat abad, baru deh kepikiran untuk nabung demi rumah. Tapi ya belum kekejar juga.

Namanya manusia yang terdiri dari darah dan daging #ngeles, sayapun tergiur pernyataan "Kalo ngga sekarang kapan loe punya rumah?" hingga akhirnya memutuskan mau mencoba mengajukan KPR. 

Di satu sisi, urusan rumah merupakan salah satu bagian dari rencana saya dan pasangan dalam mempersiapkan pernikahan beberapa waktu lalu. Kalau disetujui syukur, kalau tidak ya berarti kudu ngontrak atau tinggal di mertua indah, sampai ada berkat dan kesempatan berikutnya.

BERKAS PENGAJUAN

Saya dan calon suami memutuskan untuk pengajuan KPR sekitar dua minggu sebelum acara pernikahan kami, sehingga status kami saat pengajuan masih lajang. Tidak ada joint income. Adapun syarat yang dibutuhkan untuk calon kreditur lajang adalah.

1. Copy KTP (usia minimal calon kreditur 21 tahun,  ya) 
2. Copy KK
3. Copy NPWP
4. Surat Keterangan Kerja (Harus pegawai tetap ya, karena mau segede apapun gajinya kalau masih pegawai kontrak, katanya sih ngga akan disetujui)
5. Slip gaji tiga bulan terakhir
6. Rekening Koran tiga bulan terakhir.
7. Peta (digambar tangan) menuju ke tempat kerja dari jalan raya terdekat. 

Beberapa hal yang sempat membuat saya dan calon suami takut ditolak adalah.

1. Gaji Tunai
Alias bukan payroll. Beberapa kali saya minta pada atasan (begitu juga di kantor suami), agar gaji kami dibayar payroll, tapi tidak bisa. Alasannya, karena besaran gaji kami tiap bulannya berbeda - ya sih, karena saya dan calon suami (disingkat: cami, ya untuk selanjutnya) memang bekerja di bidang jasa. Jadi, kadang ada besaran komisi yang berbeda.

Namun nyatanya, memiliki gaji yang dibayar tunai itu tidak masalah. Tipsnya, langsung setorkan saja gaji yang diterima langsung ke rekening aktif kita, dan pastikan besarannya sesuai dengan slip gaji. Tanggal waktu setornya juga jangan terlalu jauh dengan jadwal gajian kita.

Oya, jangan lupa, untuk karyawan swasta (kayak saya), cicilan KPR maksimal adalah 30% dari gaji. Jadi kalau teman-temin mau mengajukan KPR dengan cicilan KPR 800 ribu per bulan, berarti gaji minimalnya harus 2,4 juta ya. Katanya sih kalau PNS, persentasenya bisa 50% gaji lho untuk maksimal cicilan. Jadi, untuk cicilan per bulan 800 ribu, gaji minimal bisa 1,6 juta. Wawwww... 

2. Rekening Gendut
Katanya, kalau pengajuan KPR maka saldo dana di rekening kita harus gendut, bahkan kalau bisa beberapa kalinya jumlah DP. Nyatanya, rekening tabungan saya pas-pasan. Isinya hanya uang DP KPR saja, setelah DP dibayar ya rekening saya langsung kempes lagi, hahaha. Yang terpenting adalah, rekening kita terbukti aktif, yaitu memiliki aktifitas perputaran uang yang baik, jadi bukan sekedar setor tarik. Ada transaksi transfer, belanja, ataupun pembayaran.

3. BI Checking
Alasan kenapa poin ini tidak saya jadikan faktor nomor satu adalah, karena saya optimis tidak ada masalah dengan BI Checking. Selama ini aktifitas kredit saya bisa dibilang lancar (kartu kredit ataupun melalui jasa kredit lainnya). Dan, terbukti kualitas BI Checking saya (Sekarang disebut SLIK - Sistem Layanan Informasi Keuangan) memang 1 (satu), alias lancar.

Intinya, teman-temin kalau merasa kredit selalu lancar yakinlah tidak ada masalah berarti. Kalau sudah terlambat 5-10 hari itupun kita masih bisa negosiasi dengan bank calon pemberi pinjaman, asalkan kita memberikan alasan yang masuk akal disertai itikad dan sikap yang sopan. Ingat, pegawai bank juga manusia.

Kalau teman-temin belum pernah punya pengalaman dengan kredit namun mau mengajukan KPR, mending latihan punya sesuatu yang dikredit deh, entah apa gitu. Jadi data riwayat perkreditan teman-temin sudah ada di BI Checking / SLIK. Karena kalau tidak ada rekam jejak kredit sebelumnya, prosesnya persetujuannya rada 50-50 kalau kata si orang Bank. Bank jadi tidak bisa menilai kemampuan apakah kita bisa membayar cicilan atau tidak. Yah, semacam belum punya pengalaman ngredit gituuu.

WAWANCARA

Saya memasukkan berkas KPR pada tanggal 21 Maret 2019, dan sejak saat itu saya dan cami melakukan doa khusus setiap hari agar KPR ini boleh dilancarkan (Ya Tuhan, ampunilah hambaMu yang mengambil langkah berhutang ini, hix hix).

Oiya, berkas tidak saya serahkan langsung ke bank BTN ya melainkan melalui sales pihak developer. Kebetulan developer perumahan yang saya incar sudah bekerjasama dengan Bank BTN jadi saya tidak perlu repot.

Ini opini saya pribadi ya, biasanya kalau developernya sudah lebih dulu kerjasama dengan suatu bank, biasanya mekanismenya bisa lebih mudah. Karena bank dan developer sudah saling percaya satu sama lain, bisa jadi keputusan bankpun salah satunya tergantung dari developer. Jadi, tinggal kita saja yang memberikan impresi baik di depan developer agar mereka percaya dengan kemampuan membayar kita. 

Karena, jujur saja, pas menjelang akad, saya mendengar sendiri bagaimana pegawai bank dan sales developer saya terlibat percakapan begini:

Developer: "Gimana si A (calon kreditur KPR), uda disurvey belom?"
Bank: "Iya, hari ini mau disurvey. Tapi BI Checkingnya rada jelek nih, beberapa kali telat bayar,"
Developer: "Ngga papalah coba aja disurvey,"
Bank: (mencoba menghubungi surveyor dan seakan mendapat kabar jelek) "Wah, ternyata si A belum memberi peta tempat kerjanya dan katanya susah dihubungi,"
Developer: "Hmm, ya sudahlah, ngga usah diproses deh,"

Nah gitu! Kadang dari developer sendiri yang menolak calon pembelinya sendiri. Makanya, dari awal, jangan belagu di depan developer biar mereka semangat membantu proses pengajuan KPR kita, hehehe.

Tak lama berselang, tanggal 27 Maret 2019 saya dihubungi via telepon oleh pihak BTN untuk wawancara. Saya kira wawancaranya bakalan tatap muka dimana saya datang ke Bank, ternyata hanya via telp saja. Pertanyaannya cukup standar: data diri, tempat kerja dan status kepegawaian, gaji, kemampuan mencicil, berapa lama waktu yang diinginkan untuk mencicil, tujuan pengajuan KPR, dan sebagainya. 

SURVEY KE TEMPAT KERJA

Setelah dag-dig-dug menunggu cukup lama, tanggal 4 April 2019, surveyor Bank BTN datang ke kantor saya (ya pada akhirnya, saya yang mengajukan KPR bukan cami, alasannya: rumah kudu atas nama istri, hahaha!). Tim surveyor bertemu dengan manager saya untuk kemudian mencocokkan data lapangan dengan data hasil wawancara saya sebelumnya.

Untuk hal ini, perlu sekali untuk menginformasikan HRD atau rekan kerja yang bersangkutan kalau kita mau mengajukan KPR agar mereka tidak bingung dan merasa terganggu. Saya sendiri tidak sempat memberitahu manager kalau sedang pengajuan KPR, mereka taunya saya sibuk ngurusin nikahan, sehingga saat itu beliau sempat bingung, lagi kerja kok malah diminta wawancara KPR, untungnya manager saya baik, beliau tidak mempersulit wawancara KPR dari tim surveyor, hehehe.

Dan kabar yang ditunggu: 8 April 2019 malam, saya dihubungi pihak developer bahwa pengajuan KPR saya disetujui dan tepat keesokan harinya, 9 April, saya mendapat SMS resmi dari Bank BTN bahwa pengajuan KPR saya disetujui. 

Prosesnya bisa dibilang tidak selama yang saya bayangkan, kurang dari tiga minggu. Saya sempat baca banyak pengalaman lain di internet, ada yang sampai tujuh bulan nunggu disetujui atau tidaknya. Yah, entah kabar baik atau buruk, yang pasti, doakan semoga cicilan rumah lancar!

Mengenai Booking Fee

Salah satu alasan kenapa saya memilih perumahan yang akan saya cicil adalah: mereka tidak mengharuskan kami membayar booking fee sebelum pengajuan KPR disetujui. Jadi, anggapannya, kami terbebas dari booking fee. Kami baru membayar booking fee ketika KPR disetujui, kalau ditolak ya tidak usah bayar. Dan memang terbukti, hehehe. Saat saya menyerahkan berkas, saya tidak membayar apa-apa, dan mereka tetap mengurus berkas saya. 

AKAD KPR

Akad KPR dilakukan tanggal 22 April 2019, sekitar seminggu setelah saya menikah - berhubung saya masih belum punya surat nikah (belum daftar ke kantor catatan sipil, sih), jadi status saya ya masih lajang secara negara. Itupun tanggal akad memang bolak-balik diundur, awalnya tanggal akad dijanjikan sebelum saya nikah dari tanggal 12 April, 15, 16, sampai akhirnya tanggal 22. Gegara sempat terhalang perihal Pemilu dan Kebaktian Paskah (berhubung notarisnya juga agama Kristen).

Jenis KPR BTN yang saya ambil adalah KPR Platinum Indent, ya, karena memang saat akad, kondisi rumah saya masih dibangun, dan sampai tulisan ini dipublish juga masih dibangun, hahaha, Dag-dig-dug, semoga segala urusannya dilancarkan.

Untuk bunganya fix 8,88% selama 2 tahun, sebenarnya bisa dibilang pilihan cicilan saya ini cukup mahal!! Karena BCA lagi promo bunga KPR 5,62%, tapi apa daya, plafon minimal BCA tinggi banget seh, sedangkan saya hanya membeli rumah kecil yang murah, yang mana harganya tidak setinggi plafon minimal BCA. 

Proses akad yang disertai pembayaran DP dan Booking fee berjalan dengan lancar. Puji Tuhan, semoga ke depannya, kami tetap dimampukan membayar cicilannya.

Untuk kisah mendetail seputar Akad KPR BTN dan cicilan pertama, teman-temin bisa membaca ulasannya di postingan terpisah ya!

Sekarang berhubung rumah saya dan cami belum jadi, kami masih tinggal di pondok mertua indah, hahaha... 

Doanya sih semoga Natal dan tahun baru kali ini sudah bisa di rumah baru...

Aminnnnnnnn.

You May Also Like

2 komentar

  1. lagi mikir untuk beli rumah juga nih :(

    BalasHapus
  2. Halo Kak Noniq, selamat untuk rumah pertamanya!

    Terima kasih ya informasinya sangat-sangat berguna. Kebetulan saya juga ada rencana mau KPR dan karena ini KPR pertama saya, jadi saya cari-cari info dan ketemu blog ini. Terima kasih!

    Saya setia menunggu cerita detilnya soal Akad KPRnya :)

    BalasHapus

Selamat berkomentar, tinggalkan link pada username. Link yang berada di dalam kolom komentar akan dihapus. (Feel free to comment and put your link on your username ONLY instead comment box area, otherwise deleted).