Untuk Calon Pasutri; Habis Nikah Tinggal Dimana?

by - Selasa, Maret 21, 2017


Untuk Calon Pasutri; Habis Nikah Tinggal Dimana? Belakangan kata “realistis” lagi ngetrend nih kalau lagi membicarakan isu pernikahan. Dampaknya, para perempuan (yang saya kenal) tampak dengan cepat berevolusi dari yang tadinya mengedepankan perasaan sekarang mulai “bermain” logika. Kalau ditanya seputar “rencana masa depan” banyak mikirnya daripada mengedepankan ego, malah saking lama dan seriusnya membuat pertimbangan – yang nanya udah keburu pergi. Err…

Salah satunya ketika ngomongin pernikahan; habis nikah mau tinggal dimana?

Pertanyaan ini terdengar simple. Saking sederhananya, calon pasutri ngga perlu galau untuk memutuskannya. Nyatanya, menemukan jawaban ini cukup membuat pusing tujuh keliling; bahkan ada yang menyerah dan pasrah: liat nanti ajalah. Hal ini menjadi kompleks ketika…

1. Kondisi calon pasutri tinggal di kota yang berbeda dan belum ada yang mau mengalah; siapa ikut siapa – bahkan sampai detik-detik menjelang pernikahan.
2. Ketika calon suami sudah menyediakan tempat tinggal gress nan anyar, tapi calon istri ngga mau lepas dari orang tua.
3. Ketika calon istri sudah nyaman dengan lokasi tempat tinggalnya sekarang dan tidak siap untuk tinggal dengan calon suami yang menawarkan tempat tinggal yang lokasinya jauh, terpencil, dan jauh dari mall. Hehe.

See, ternyata jawabannya sudah bukan lagi sekedar: beli rumah, nyewa rumah, ngontrak, ngekos, di apartemen. Tapi sekarang bercampur juga dengan kondisi mental dalam memulai babak baru kehidupan.

Iya. Ini beneran terjadi, lho. Pada akhirnya beberapa pasangan pasutri yang saya kenal banyak yang masih LDR, alasannya repot.

1. Repot kalau tempat tinggalnya jauh ikut suami – malas beradaptasi dengan lingkungan baru mungkin.
2. Keduanya mengutaman pekerjaan di lokasi masing-masing yang tidak bisa ditinggalkan.

Alasan utamanya apa? Tentu saja “realistis”. Ngga mungkin mengorbankan “comfort zone” karena hidup berumah tangga juga perlu “materi.” Ketika akhirnya harus ada yang mengalah, maka sang suami yang harus merelakan “rumah baru”nya dibiarkan tandus dan gersang, karena dia ikut tinggal di rumah orang tua istri – karena istrinya masih sayang keluarga.

Sebagai lajang, saya malah ngga kepikiran bahwa kondisi seperti ini benar-benar nyata adanya. Tadinya saya hanya beranggapan (dan berencana); kalau punya materi lebih ya buat beli rumah, kalau belum ada ya tinggal dengan keluarga. Namun kalau berencana investasi, bisa juga mulai dengan mencicil apartemen. Di Bandung sudah mulai banyak apartemen yang ditawarkan dan beberapa teman saya juga sudah mulai mempertimbangkan ke sana. Bukan hanya Bandung, tapi ngebelain untuk punya unit di luar Bandung, seperti Jakarta dan Tangerang. Btw, sudah pada tau tentang apartemen pacific garden Alam Sutera Indopasifik, hunian strategis di kawasan Alam Sutera Tangerang?

Nah, iya, ngomongin apartemen. Diskusi memilih rumah atau apartemen ini juga bisa menjadi topik yang kompleks. Kadang pengennya rumah, tapi hari gini, apalagi di Bandung dan Jakarta – mana ada rumah dengan harga “kantong pasutri yang baru merintis” di tengah kota? Mau ngga mau harus di daerah pinggiran – suburban yang nantinya berhubungan dengan lokasi tempat kerja ataupun aktivitas lainnya. Kalau tidak ya balik lagi ke apartemen, di Bandung sudah banyak didirikan unit apartemen seperti di daerah Cihampelas, Ciumbuleuit, dan Gatot Subroto. Daerah Jakarta dan Tangerang? Wah, jangan ditanya, salah satunya ya apartemen pacific garden Alam Sutera Indopasifik.

Beli rumah di tengah kota Bandung sekarang sudah ngga cukup hanya ratusan juga, pasti bunyinya sudah M, sisanya ya harus di pinggiran kota. Yah, bisa jadi hal tersebut yang bikin teman-temin calon pasutri sekarang makin galau menentukan hunian idaman setelah menikah. Topiknya bukan sekedar: beli rumah atau tinggal dengan mertua idaman, tapi lokasi benar-benar sangat dipertimbangkan. Alasannya: balik lagi, hidup harus realistis.


Hihihi. Kalau teman-temin bagaimana, ada masukan tentang tempat tinggal setelah menikah? Beranikah mengorbankan hal yang sudah "nyaman" dijalani untuk sebuah kehidupan baru?



You May Also Like

4 komentar

  1. Wah ternyata menikah tidak sesimpel dibayangkan ya. banyak yang harus disiapkan. benar mbak bilang kalau sudah nikah sih logika sudah mulai mendominasi perasaan

    BalasHapus
  2. Nah ,harusnya sh biasaNya sudah di bicarakan jadi gakbingung :)

    BalasHapus
  3. Istri itu setau saya harus nurut sama suami, suami bilang a ya istri juga harus a. Selagi nggak merugikan kedua belah pihak, klo suami bilang a ya istri harus manut. Itu adalah salah satu "ke-berbaktian" istri thdp suami. Soalnya mapap saya juga begitu, jadi saya sebagai anak ya mencontoh. Tapii.... semua kembali lagi si ke situasi dan kondisi :'D

    BalasHapus
  4. Saya sudah menemukan beberapa tipe diatas,ada teman yang sehabis nikah menyesuaikan dengan lokasi kerja istri berhubung pekerjaan dia juga fleksibel. Lain lagi, ada yang temapt kerjanya berbeda kota dan jauh, sehingga sementara waktu harus jauh-jauhan terlebih dahulu walaupun baru menikah. Agak ribet memang, diperlukan persetujuan dan pengertian dari mereka dan juga keluarga.

    BalasHapus

Selamat berkomentar, tinggalkan link pada username. Link yang berada di dalam kolom komentar akan dihapus. (Feel free to comment and put your link on your username ONLY instead comment box area, otherwise deleted).